Parental Advisory - Explicit Content part.3

******* (dalam lakon "Suka-Duka Praktikum") *******

Senin, Agustus 03, 2009

Awal 2003, termasuk tahun pertama gua kuliah di kampus tercinta, jurusan Teknik Elektro di sebuah universitas negeri di pulau Jawa. Kebanyakan mahasiswa kampus ini pasti setuju kalau masa-masa awal perkuliahan merupakan masa-masa terberat. Di dua semester itu, kami mesti menerima fakta bahwa sebenarnya Indonesia belum merdeka. Bagaimana bisa dibilang merdeka, wong hampir tiap hari di sepanjang tahun, kami ditekan dan ditindas oleh para penjajah yang masih berasal dari bangsa sendiri, masih berasal dari rumpun yang sama, yang tidak lain adalah para senior di kampus tersayang ini.

Setiap selesai perkuliahan, ketua angkatan yang biasa disebut Komting selalu berkata “Angkatan 2002 jangan pulang dulu… Senior mau masuk!!!” Bahkan saking seringnya sampai-sampai terkadang sebelum si komting bicara, sudah ada yang mendahului ngomongin hal tersebut.

Tidak lama setelah itu terdengar suara dari arah luar. Brakkk!!! Pintu terbuka seperti didobrak. Masuklah beberapa pemuda dekil yang sudah pasang muka galak terlebih dahulu “Selamat siang adek-adek…” berkatalah seseorang diantara mereka memulai pembicaraan. Tampaknya ia adalah seorang yang telah ditunjuk untuk menjadi juru bicara. “Bla… Bla… Bla… %$&*&^&$*$*%%*%@**!!!... Bla… Bla… Bla… #&$&$*%*%#@*!!! Fyuh.., panjang banget deh omongan orang itu. Intinya kita dikasih tugas tambahan. Macem-macem bentuknya. Misalnya translate buku atau bersihin kampus. Pokoknya orang-orang itu kayaknya gak rela kalo kami bisa bernafas lega dan seneng ngeliat kami menderita. Bener-bener dah!

Sebenarnya bisa saja kami menolak dan memboikot tugas-tugas tersebut. Namun apa daya, kami hanyalah ‘anak baru’ dan mereka terlalu ‘mengusai’ kampus bahkan sampai “menyentuh” perkulian. Salah satu yang dikuasai adalah praktikum.

Praktikum adalah praktek dari sebuah mata kuliah. Tidak semua memang, namun cukup banyak mata kuliah yang dipraktekkan. Nilai dari praktikum tetap wewenang dosen, namun pada pelaksanaannya dilakukan oleh mahasiswa sebagai asisten, dan disinilah para senior bermain. Seringkali praktikum dijadikan alat oleh senior untuk mengancam juniornya. Praktikum memang hanya 1 sks, tapi malah sering mengalahkan 20 sks lainnya. Para mahasiswa biasanya rela melakukan apa saja agar dapat lulus praktikum walaupun terdapat ‘syarat-syarat’ yang diluar batas kewajaran. Bahkan saking takutnya akan ‘ancaman tidak lulus’ dari para seniornya itu, mereka terkadang mengorbankan mata kuliah lainnya yang notabene mempunyai jumlah sks lebih banyak. Anggapan mereka adalah bahwa para dosen pasti lebih ‘manusiawi’ ketimbang senior-senior mereka.

----- @@@@@ -----

Pagi itu, gua terduduk kaku di lantai kamar kost. Udah dua hari ini gua begadang demi menyelesaikan laporan praktikum. Fyuh, akhirnya kelar juga. Walaupun mengorbankan jari-jari gua yang kaku, sampe-sampe pulpen seolah-olah udah menjadi satu kesatuan sama jari gua, saking lamanya nempel di tangan. Sekedar pemberitahuan aja, kalo laporan praktikum ditulis tangan dengan warna tinta berbeda tiap tahunnya dengan tebal laporan bisa mencapai 500 lembar untuk 1 mata praktikum.

Waktu menunjukkan pukul 6.15. “Saatnya asistensi nih…” gua memasukkan laporan gua ke dalam tas dan bergegas keluar kamar. Gua memang harus menyerahkan laporan itu pagi-pagi buta, sebelum mas asisten keluar dari kos-nya.

Gua percepat langkah kaki gua menuju kos asisten. Gak peduli kuburan, tanah becek, jalan gang, jalan raya,… semua gua lewati. Hanya berharap mendapatkan sebuah tanda tangan dan tulisan kecil “acc”.

Singkat cerita, setelah melalui berbagai medan, atlet jalan cepat itu (yaitu gua sendiri) sampai di rumah yang dituju. Setelah gua mengetok dan mengucapkan salam, seorang ibu paruh baya (kita anggap saja “Mawar”), memakai kutang warna putih dan hot pant merah muda, membukakan pintu.

Gua : “Glek” (nelen aer ludah)
Mawar : “Nyari siapa dek?”
Gua : “Mmm…Mas… Mas XXX ada Bu?”
Mawar : “Sebentar ya…”

Ibu “Mawar” kemudian masuk ke dalam dan tidak lama kemudian keluar lagi. Sial!!! Padahal gua berharap dia agak lamaan di dalem, trus dari luar gua mendengar suara “Ah… Oh… Yes!!! Once more baby… you bad boy…”, supaya tulisan gua ini bisa lebih panjang lagi.

Mawar : “Mas XXX-nya gak ada tuh dek…”
Gua : “Ssllrruupp…. Kalo boleh tau dia kemana ya Bu???” (masih mikir yang jorok-jorok)
Mawar : “Gak tau ya… Tadi saya ketok gak ada suara dari dalam. Yang ada cuma suara desahan…”
Gua : “Desahan???” (terlihat antusias)
Mawar : “Gak deng, cuma bercanda… Gitu aja kok dibawa serius… Hehehe…” (terlihat seneng ngerjain anak kecil)
Gua : “Kirain…”
Mawar : “Apa kamu mau ngecek sendiri ke dalam?”
Gua : “Ngg… ngg.. nggak kok Bu. Gak usah. Saya udah percaya…”

Gua buru-buru pergi dari situ. Daripada terjadi hal-hal yang memang ‘diinginkan’. “Tidak deh… Makasih… Gua cukup setia kok dengan Azumi.” (pada masa itu sedang booming-booming-nya Azumi Kawashima)
Di satu sisi gua seneng pagi-pagi udah diperlihatkan pemandangan yang jarang-jarang gua temuin (hehehe… bikin mata yang udah 5 watt lampu kuning, berubah jadi 36 watt lampu neon), tapi di sisi lain gua gondok mendapati bahwa pengorbanan gua begadang dua hari (yang sampai menyebabkan sekujur tubuh menjadi kaku) menjadi sia-sia belaka! “Apa jangan-jangan ada konspirasi atau unsur kesengajaan disini???.” Pikiran gua mulai su’udzon.

Seperti kata banyak orang ada istilah ‘naik darah, turun ke bawah’ yang artinya kalo emosi bikin perut jadi mules. “Waduh!!! Ribet deh urusan. Mana kos gua jauh lagi!”

Gua yang pikirannya udah gak karuan (antara memikirkan nasib laporan, memikirkan perut yang mules dan memikirkan ibu-ibu tadi) mulai kehabisan akal. Sepanjang jalan gua berlari sekencang-kencangnya. Tut… Tut… Tut… Dari jalur 1 kereta senja utama memasuki stasiun Jatinegara…

“Hosh,.. hosh… hosh,…” gua mulai kehabisan napas. “Tenaga gua abis nih. Belom makan sih…”

Kebetulan gak jauh dari tempat gua berdiri ada tukang burjo (bubur kacang ijo). “Lumayan deh, buat ngisi bensin…” Gua masuk ke dalam kiosnya dan memesan mie rebus telor.

Gak pake lama pesenan gua jadi. “Mmmm,.. yummy… mantaaap….” Gua langsung menyantap mie yang disajikan. Saking lahapnya mie langsung tinggal separuh. Namun tiba-tiba dari arah selatan terdengar bunyi. Prettt… Preett… Creett… Creett… “Eh busyet, gua lupa! Tadi gua kan lari-lari gara-gara perut mules. Sekarang kecapekan malah gua makan…. Bukannya makin ‘ke-dorong’???”

“Jadi berapa bang???” gua langsung berdiri dan membayarkan sejumlah uang sesuai nominal yang disebut abang tukang burjo. Keluar dari tempat burjo, gua langsung lari. Ngibrit sekenceng-kencengnya.

Tukang Burjo : “Oalah… Semangat banget anak itu yak? Mungkin atlet lari kalee… Kayak sapa kiye? Liem Swie King… Betul kayak Liem Swie King!
Pembeli Burjo : “Liem Swie King mah bukan atlet lari atuh bang… Dia mah pemaen drumband!

----- @@@@@ -----

Di lain tempat, gua sudah hampir separuh jalan menuju kost. Tepatnya dekat kost Yunan. “Nan… Nan… Nan… Spadaaaa… Sialan si Yunan belom bangun lagi! Langsung aja dah menuju kamar mandinya” gua ngacir kearah kamar mandi umum yang letaknya gak jauh dari kamar Yunan.

“Astaga… Ada orang yang make… Maap mas, saya nggak tau…” gua mulai hopeless dan tanpa pikir panjang kembali berlari. Kalo diliat-liat, gua yang berlari-lari cocok juga divideo-in buat soundtrack lagu “Stasiun Balapan”.

“Fyuh, akhirnya kuburan! Jalan potong paling deket menuju kost gua.” Harapan kembali terbuka. The promised land…. Here I come….

But wait… Gila nih! Alarm weker di perut gua makin menggila. Kalo gua ke kost sempet sih… tapi waktu gua naek keatas lewat tangga apa gak bahaya tuh? Gimana kalo tiba-tiba jatuh. ‘Plung’… Trus ada yang ada ngeliat. Muka gua mau ditaruh dimana? Masak iya gua bilang “Aduh pake jatuh lagi pisang gorengnya. Gapapa deh belom 5 menit! Nyam… Nyam…” langsung gua caplok daripada malu. Gak mungkin kan??? Sementara kalo gua di WC bawah juga gak mungkin. Anak-anak kost bawah kan pada nge-geek semua. Prinsip mereka 4K (Kos, Kampus, Kantin, Kakus). Pasti pagi ini mereka lagi berebutan kamar mandi biar bisa duluan sampe di kampus. Biar dapet bangku paling depan. Jadi, kalo gua berharap jam segini ada kamar mandi kosong sama aja dengan gua berharap Azumi maen sinetron di Indonesia… Mustahil!!!

Satu-satunya cara gua mesti cari tempat yang tidak strategis di deket pekuburan ini. “Dimana ya??? Aha!!!” gua menemukan spot yang bagus di pojokan sana.

Gak pake lama gua langsung semedi di tempat tersebut. Sebenernya sih agak serem juga tapi mau gimana lagi? (Telor udah di ujung tanduk nih… Telor ceplok pula!) Bodo amat dah! Walaupun pikiran gua udah bayangin macem-macem… Seandainya tiba-tiba ada tangan muncul dari dalam tanah. Kemudian tangan itu mulai meraba kaki-kaki gua yang mulus, dan menjelajahinya sampai pangkal paha.

Gua : “Woi mau ngapain lo!!!”
Tangan setan : “Ka…Kaga bang, ane cuma mau bantuin nyebokin doang”
Gua : “Ooooh…. Ya udah terusin deh…”

“Owek… Owek…” terdengar tangisan. “Loh kok bayi?” gua melihat kebawah. “Oooh, suara anak tetangga… Syukurlah… Gua kirain…” Yes! Akhirnya bisa keluar juga… Merdekaaaa!!!!! “Fyuh,… Legaaaa…” batin gua.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara langkah manusia…. Ternyata adalah seorang perempuan berkacamata. Kelihatannya ia hendak menuju kampus. Terlihat dari tangannya yang menenteng sebuah buku. “Waduh, tengsin nih kalo gua ampe ketauan!”

Gua beranjak dari situ. Kebetulan gak jauh dari situ ada nisan yang udah rada kotor ketutupan daun-daun kering. Mulailah gua beraksi. Membersihkan dedaunan seolah-olah orang yang lagi ‘nyekar’. Mbak-nya pun lewat dan nampaknya ia memang tidak curiga sedikit pun atau mungkin saja yang ada di otaknya cuma Kalkulus dan angka-angka doang. Whatever, yang penting mission accomplished! Tinggal tersisa satu PR. Apa yang harus gua lakukan dengan ‘pisang penyet’ ini??? Gak mungkin kan seorang profesional meninggalkan barang bukti semudah itu?

Maka melayanglah ingatan gua… Terus melayang sampai di zaman ketika manusia pertama kali menginjakkan kaki di bumi… Ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri yaitu Habil… Ketika ia kemudian melihat burung gagak yang melakukan hal yang sama… Ketika burung gagak yang hidup menguburkan burung gagak yang mati… “That’s it!!! Gua akan mengikuti langkah Qabil yaitu meniru apa yang dicontohkan burung gagak. Dengan begini berarti mission is really accomplished!!!

----- @@@@@ -----


Notes:
Apa yang gua tulis disini cuma bersifat menghibur (walaupun ini kisah nyata lho!!!). Yang terpenting adalah hikmah yang terkandung di dalamnya. Gua berharap tindakan senioritas yang kelewat batas sudah tidak ada lagi dan syukurlah pada beberapa tahun belakangan hal tersebut makin jauh berkurang. Sistem perkuliahan pun semakin baik. Dan semoga akan terus berlanjut di tahun-tahun ke depannya. Amin.

CR7

Jumat, Juni 12, 2009

Andaikan jadi hari ini Cristiano Ronaldo memutuskan untuk pindah ke Real Madrid dengan transfer sebesar 80 juta pound, pasti banyak fans Manchester United yang kecewa dengan kepergiannya. Tapi kenapa gua kok merasa biasa-biasa aja yak? Padahal dari awal kedatangannya, bisa dibilang gua salah satu fans beratnya.

Awal kepindahannya dari Sporting Lisbon, gua masih inget ketika itu gua sampe ngirim surat pembaca ke tabloid BOLA yang isinya kira-kira “Siapa sih Cristiano Ronaldo? Kok bisa-bisanya pake kostum sakral MU nomer 7. harganya mahal pula: 12,5 juta pound.” Surat itu dijawab oleh BOLA dan masuk rubrik surat pembacanya walaupun bukan kolom utama. (Gua lupa apa nama rubriknya karena gua udah gak berlangganan lagi semenjak Liga Inggris gak ditayangin lagi di TV-gratisan Indonesia)

Gua yang penasaran terus mengikuti perkembangan pemain yang belakangan kerap dipanggil CR7 ini. Kok bisa-bisanya magnificent 7 United, yang biasa dipakai David Beckham, Eric Cantona, George Best dan Bryan Robson diserahkan sama anak ingusan yang ketika itu masih memakai jersey kegombrongan.

Hari demi hari, bulan demi bulan hingga saat ini CR7 genap 7 (kurang 1) tahun berada di skuad Setan Merah, gua makin terpesona melihat kemampuannya memainkan si kulit bundar (tapi tidak berbulu). Tidak terhitung (dengan jari tangan dan kaki) sudah berapa banyak download-an video aksi-aksi orang purtugis ini memenuhi harddisk gua (selain video Maria Ozawa). Fantastis! Jelas sekali manajer MU, Sir Alex ferguson sangat jeli dalam menilai potensial pemain muda. Tidak salah kalau ia memberikan kostum nomer 7. Benar-benar magnificent 7!!! Pokoknya dalam 7 (kurang 1) tahun ini Ronaldo bener-bener merasuki jiwa gua. Dari mulai video, poster, tampang (kalo yang ini emang dasarnya dari lahir muka gua udah latino gitu deh), gaya bermain sepakbola sampe-sampe ketika maen PES gua juga cuma ngandelin Ronaldo (padahal maen bola kan harusnya 11 orang ya???).

Pertengahan 2008, Ronaldo mengantar MU meraih double winner, menjuarai Liga Champions plus Liga Inggris. Tidak hanya itu, ia juga menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris dan torehan 40 golnya di seluruh kompetisi juga menjadikannya pemain tersubur di Eropa. Puncaknya ia meraih gelar pemain terbaik dunia.

Pada saat masa jayanya itu gua sempat khawatir kalau-kalau Ronaldo terbuai dan menjadi besar kepala seperti Fir’aun di Mesir dan Julius Caesar di Roma. Apalagi ketika itu tawaran datang bertubi-tubi dari Madrid. Gua juga takut kalau Ronaldo bakal tergiur dan mendesak Sir Alex untuk pindah klub dengan alasan prestasinya yang segudang membuat ia memerlukan tantangan baru. Untungnya pada kompetisi Piala Eropa, ia gagal membawa Portugal meraih gelar juara. Sehingga tidak ada statement “Inilah gua! Apapun yang gua sentuh jadi emas. Siapapun yang gua bawa jadi juara!”

Tahun ini Ronaldo gagal membawa MU meraih gelar, dan yang mengejutkan gua adalah pernyataannya ke publik bahwa Sir Alex adalah penyebab kegagalan MU di final. Gila! Kurang ajar banget ini anak. Padahal kan Sir Alex bisa dikatakan ayah keduanya. Siapa yang membela dia waktu bertikai dengan van Nistelrooy? Siapa yang mendukungnya ketika ia dicemooh publik sepakbola Inggris ketika kasus pertikaiannya dengan Wayne Rooney di Euro 2008? Siapa yang nganterin dia sekolah di SD inpres? Gua rasa hal inilah yang membuat gua tidak menyayangkan kepergian Ronaldo ke Madrid. Gua juga gak menyalahkan Sir Alex bertindak seperti itu, sama halnya ketika gua setuju Malin Kundang dikutuk emaknya menjadi batu.

Kesombongan Ronaldo emang udah gak bisa ditolerir. Kalau gua jadi manajer MU pastilah udah panas kuping gua. Lagipula, uang 80 juta pound itu sangat besar dan bisa dipakai buat beli 2 atau 3 pemain baru kaliber dunia. Malah sisanya masih cukup buat bayar zakat fitrah. Gua rasa gak cuma gua yang merasa begitu. Temen gua (anak buah gua), Adhi Laksono, juga udah merelakan kepergian CR7. Ia berujar “Gak papa, udah mulai sombong soalnya si CR7. Siapa tau MU dapet pemain yang lebih sholeh, alim, rajin sholat n gemar menabung.... :D”

Well, buat Ronaldo, have fun in Madrid. U’re still in my heart, but Manchester United always on top!!! (gay banget gak sih kedengarannya???)

Ye' Mmm.....

Minggu, Maret 15, 2009

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

From Starterpack to Sixpack

Minggu, Februari 08, 2009

Cerita kali ini gua persembahkan buat temen-temen gua yang merasa dirinya kelebihan berat badan dan ingin menguranginya. Terutama buat mas Adhi Laksono yang lagi giat-giatnya diet menjelang hari pernikahannya yang tinggal hitungan bulan. Semoga kisah gua ini bisa menjadi inspirasi.

----- @@@ -----

Hari itu memasuki akhir bulan Februari 2007. Masa perkuliahan gua udah memasuki semester 10. Seperti biasa, sedari pagi gua udah nongkrong di depan komputer. Bukan belajar atau ngerjain tugas akhir, tetapi sekedar main game atau apalah, yang penting bisa menjadi pelarian dari tekanan untuk segera lulus dan mendapatkan gelar sarjana. Memang, beberapa teman seangkatan gua udah lebih dahulu lulus dan diwisuda pada Januari tahun itu. Contohnya, sahabat karib sekaligua mentor gua yaitu Abang Yunan. Kelulusannya memang sangat mengejutkan banyak orang. Tidak ada yang menyangka ia bakalan lulus secepat ini. Prediksi setiap orang meleset, bahkan banyak bandar taruhan mengaku bangkrut setelah kelulusannya. Tapi apapun itu, kerja kerasnya memang patut diacungi jempol. Lagipula keliatannya usia si Yunan juga memang sudah memasuki separuh baya. Kasian juga kalo ampe kelamaan.



Ketika lagi buka-buka dokumen foto wisuda Yunan, gua jadi inget kalo gua udah lama gak upload foto di Friendster. ”Upload yang mana yah??? Poto ospek 2004, poto KKL, poto KKN, poto Pamela atau.... Wah ini mah jadul semua! Mmm..... Oh iya! Poto waktu di Ungaran aja.” Kebetulan pada akhir 2006, gua ke Gunung Ungaran dalam rangka Pendidikan Dasar Philar XV. Karena udah senior, biasalah kerjaannya poto-poto doang.

Gua telurusi folder ’Pendas Philar 2006’. Akhirnya gua temuin poto yang rada keren. Di foto itu gua lagi tolak pinggang (khas para pejuang yang berpose di buku sejarah), memakai celana tentara ¾, berlatar belakang goa yang diatasnya mengalir air terjun. Elok nian poto ini. Sayang seribu sayang, di foto ini gua lagi telanjang dada....

Sebenarnya soal ketelanjangan itu bukan masalah buat gua. Yang jadi persoalan sekarang adalah gua baru menyadari bahwa timbunan lemak di perut gua udah berubah dari tas pinggang menjadi tas punggung (cuma ini ditaruh di depan). Gila aja, gua keliatan seperti orang mau melahirkan. Kurang sedikit lagi gua pasti bisa mendaftar sekolah sumo.

Memang sih, belakangan ini gua rada males beraktifitas. Ini semua gara-gara patah tulang tangan kiri pada Agustus 2006 (baca juga cerita Parental Advisory – Explisit Content) yang membuat pergerakan gua, yang biasanya pecicilan, agak terhambat. Otomatis hari-hari gua lebih didominasi santai-santai nonton TV atau pelem semi diatas tempat tidur, yang tanpa gua sadari membuat berat badan gua terus meningkat.

Pikiran gua mulai berkecamuk. Gua mulai mikir yang kaga-kaga. Jangan sampe deh gua jadi pesumo. Kalo itu ampe jadi nyata, berarti gua mesti pergi ke Jepang dong? Terus sampe disana gua ketemu produser S1 (S One), lalu diajak ke studionya untuk maen pilem bareng Miyabi.....

Miyabi : “Maho-san, mana nih? Ayo dong, I’m ready.....”
Maho : “Euuhh… Euuhh… Duh maaf dek Miyabi. ‘Itu’-nya keganjel perut!”
Miyabi : “……………” (Bengong sambil ngipas-ngipas)
Maho : ”Hehehe... Maaf yak semuanya...” (Cengar-cengir salah tingkah)
Sutradara : ”CUTTTT!!!!!!!!”

Waduh! Bahaya nih! Gak bisa dibiarin. Gua mesti melakukan sesuatu sebelum ini bertambah parah. Tanpa pikir panjang, gua langsung cabut menuju apotek.

Sesampainya di apotek, gua langsung membeli 1 strip obat sakit kepala yang paling murah terus langsung menuju sudut ruangan dimana timbangan berada. Hehe... Tujuan utama gua ke apotek emang nimbang badan, bukan nyari obat! Tapi daripada tengsin, mending keluar duit dikit buat sekedar basa-basi.

”Gila!!! 72kg cuy!” Gua langsung ngecek timbangannya. Apa jangan-jangan jarumnya udah dua kali muter. ”Fyuuh... Syukurlah.” Alhamdulillah ternyata baru sekali. Namun tetap saja 72kg bukanlah berat ideal bagi gua yang hanya bertinggi 168cm. Dalam hati gua berkobar-kobar niatan untuk diet ketat.

----- @@@ -----

Beruntungnya, gua adalah seorang yang egois dan berpendirian keras. Apapun yang menjadi kemauan gua harus terlaksana. Tak peduli apapun resikonya. Pokoknya selama hayat masih dikandung badan, gua akan melaksanankan sebisa mungkin apa yang sudah gua niatkan, walaupun harus bersimbah peluh atau darah sekalipun. (Lebay mode: ON)

Hari-hari berikutnya berlalu dengan tiada satu detik pun terlewatkan tanpa beraktifitas. Tidak ada bengong, males-malesan ataupun tidur-tiduran. Dalam setiap minggunya, dua kali gua berenang (hari selasa dan kamis), satu kali lari pagi 4km (hari minggu), tiga kali angkat berat (senin, rabu dan jum’at), empat kali senam (hari senin, rabu, jumat dan minggu) dan satu kali futsal (hari sabtu). Kebetulan kuliah gua juga udah selesai, tinggal beberapa mata kuliah saja yang mesti diperbaiki. So, mudah saja untuk mengatur jadwalnya.

Selain berolahraga, gua juga mengatur pola makan. Gua menghindari makanan-makanan yang tinggi kadar lemaknya seperti gorengan atau jeroan. Gua juga mengurangi konsumsi gula. Pokoknya gua bener-bener mengontrol apa yang masuk ke perut gua sampe-sampe gua rajin membaca artikel kesehatan, terutama yang berhubungan dengan kalori pada setiap makanan. Jujur, hal ini berat banget! Apalagi gua anak kost yang makanannya didominasi makanan warung. Susah nyari makanan rendah lemak. Apalagi kalo malem. Lo tau sendiri malem hari yang jual makanan didominasi warung tenda pecel lele atau ayam goreng yang menggorengnya aja menggunakan minyak yang warnanya udah item butek gak karuan. Terkadang, demi diet gua terpaksa membeli makanan mentah di supermarket untuk kemudian memasaknya di dapur kost. Lumayan lah, itung-itung skill koki gua bertambah.

Sebulan kemudian, hasilnya sudah mulai kelihatan. Bobot gua berkurang 7kg! Gak sia-sia pengorbanan gua. Bahkan hingga beberapa bulan kemudian berat gua terus turun sampai titik terendahnya yaitu 56kg! Perut yang tadinya bulat pun berubah jadi kotak-kotak. Yang tadinya starter pack menjadi six pack!

Gimana cuy? Pokoknya buat lo yang udah overweight, silakan deh dicoba. Yang terpenting adalah niat dan konsistensi. Where there’s a will, there’s a way. Sebagai motivasi, lo mesti mengatur mindset bahwa hal ini baik untuk kesehatan dan untuk jangka panjang. Soalnya pengalaman gua selama berolahraga, terutama lari pagi dan berenang, gua banyak menjumpai orang-orang lanjut usia. Kenapa mereka baru memulai ketika hari tuanya, sebagai terapi dari penyakit yang mereka derita?


Berikut ini beberapa tambahan tips-tips buat lo yang ingin menjalani program diet.

1. Diet itu mengatur pola makan, bukan menahan diri untuk tidak makan.
Terkadang orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap untuk menurunkan bobot tubuhnya, mereka harus menahan keinginan untuk makan. Kalo kita lakukan ini, yang ada bukan tambah sehat malah jadi sakit. Justru kebalikannya, dalam diet yang baik kita harus lebih sering makan, namun tentunya dengan mengontrol porsi atau dengan kata lain dengan porsi lebih sedikit. Frekuensi makan yang sering akan mengakibatkan kestabilan gula darah yang mengakibatkan pengendalian nafsu makan jadi lebih baik dan mengurangi produksi insulin dalam tubuh. Sebagai pengetahuan, insulin adalah hormon dalam tubuh yang menginstruksikan tubuh untuk menyimpan cadangan energi dengan membentuk sel-sel lemak baru.

2. Hindari mengkonsumsi makanan berlemak dan kurangi konsumsi gula.
Inilah hal terberat buat gua. Kebiasaan gua mengkonsumsi gorengan, snack, coklat, es krim, tongseng, paru dan belut goreng mesti gua tinggalkan. Untungnya pete dan jengkol gak termasuk makanan tinggi lemak. Jadinya masih ada makanan favorit yang bisa masuk perut. Pokoknya gua mesti makan makanan dengan kadar lemak rendah. Untuk mensiasati kebosanan ini, gua mengatur bahwa pada hari sabtu dan minggu pantangan ini boleh dilanggar, namun tetap tidak berlebihan. Selain itu, konsumsi gula juga perlu diatur. Secara tidak sadar, konsumsi gula yang berlebihan berpengaruh juga terhadap kenaikan berat badan kita. Untuk mengakalinya, gua menggunakan gula jagung dan madu sebagai pengganti gula pasir.

3. Penuhi kebutuhan protein dan imbangi dengan minum banyak air putih.
Protein adalah katalis terbentuknya hormon-hormon penting dalam tubuh seperti hormon pertumbuhan dan testosteron. Kedua jenis hormon ini meregulasi tingkat laju pertumbuhan otot, pembakaran lemak serta laju penuaan seseorang. Ketika mengkonsumsi protein, kerja ginjal lebih berat jika dibandingkan saat mengkonsumsi karbohidrat. Oleh karena itu, imbangi dengan minum air putih minimal 3 liter per hari. Kalo gak ada air, pertamax juga boleh. Monggo wae.

4. Jangan lupa untuk sarapan pagi dan hindari ngemil di malam hari.
Sarapan pagi adalah konsumsi yang terpenting. Sarapan membantu proses metabolisme dan bermanfaat menyediakan energi untuk memulai aktifitas sehari-hari. Sebaliknya, kebiasaan ngemil di malam hari akan membantu proses penimbunan lemak dalam tubuh. Memang, pada saat tidur kita juga membutuhkan kalori. Namun tidaklah sebanyak konsumsi ketika kita bergerak. Oleh karena itu usahakan untuk makan lebih banyak saat sarapan pagi dibandingkan pada saat makan malam. Dan jangan buru-buru tidur sehabis makan. Tunggulah sejenak barang 1 atau 2 hari... eh, maksudnya 1 atau 2 jam.

5. Perbanyak makan serat.
Jangan salah ya, serat yang dimaksud didapat dari sayuran dan buah-buahan. Jadi, bukan dari keset, karpet, kain apalagi tali rafia. Serat bukan hanya bagus untuk menurunkan berat badan dan bikin perut terus kenyang. Serat juga mencegah konstipasi yang menyebabkan perut jadi buncit.

6. No smoke, no alcohol!
Seringkali orang menyangka bahwa merokok akan menjadikan mereka kurus. Anggapan ini tidaklah benar. Sesungguhnya para perokok memiliki lemak perut lebih banyak dibandingkan dengan bukan perokok. Jika ada contoh perokok yang kurus, bisa terjadi karena dua hal. Yang pertama lebih disebabkan karena mereka terlalu asyik menghisap sehingga lupa mengunyah, dengan kali lain mereka jadi lupa makan dan yang kedua adalah karena mereka dasarnya sudah ceking alias kerempeng. Faktanya, rokok dan juga alkohol cenderung meningkatkan kadar hormon kortisol, sehingga mengirim lemak ke perut.

7. Berolahraga secara teratur.
Berolahragalah sesuai kemampuan. Gak usah dipaksakan. Yang terpenting adalah adanya konsistensi. Berolahraga secara berlebihan justru malah akan membuat tubuh kita menjadi sakit. Buat lo yang sibuk, olahraga itu gak mesti lari pagi, senam ataupun berenang. Setiap kegiatan yang membakar kalori (aerobik) juga olahraga. Misalnya: daripada naik motor, kita mengutamakan berjalan kaki jika mau ke warung atau kita lebih prefer naik tangga dibandingkan menggunakan lift atau juga buat kita yang bekerja di gedung bertingkat, boleh juga kita melakukan yamakashi dengan memanjat tembok gedung tersebut dari samping untuk sampai ke ruangan kantor kita. Selain itu, gua pribadi rutin melakukan sit-up/crunch setiap harinya minimal 4 set, dimana setiap set-nya 12 kali repetisi. Biasanya gua melakukan ini setiap bangun tidur. Hal ini berfungsi untuk menonjolkan six pack. Pada dasarnya setiap orang memiliki six pack, namun kotak-kotak perut ini penampilannya terhalang oleh lapisan lemak dan air yang berada diantara otot dan kulit. Namun, bukan berarti sit-up dan crunch akan membuang lapisan lemak tersebut. Untuk membuang lapisan tersebut, kita tetap harus melakukan kegiatan yang membakar kalori (aerobik).

Parental Advisory - Explicit Content part.2

******* (dalam lakon "Misteri Tai Setan") *******

Rabu, Januari 21, 2009

Gua orang yang ’hampir’ selalu menepati janji. Kalo nggak ada hambatan-hambatan, insyaAllah gua akan memenuhi apa yang udah gua janjikan. Bagi gua, tidak menepati janji itu ibarat ”menjilat ludah sendiri kemudian meludahkannya ke orang lain sehingga membuat orang tersebut lari ke dalam rumah untuk mencari golok”. Janji itu berkaitan erat dengan kepercayaan. Semakin banyak kita melanggar janji, semakin kita tidak dipercaya orang lain.

Pada kesempatan kali ini, gua akan menulis apa yang gua udah janjikan pada hari-hari sebelumnya yaitu sekuel ”Parental Advisory – Explicit Content”. Seperti biasanya, buat lo yg ga suka hal yg jorok-jorok mending ga usah baca karena cerita ini memang sedikit vulgar. Dari judulnya aja udah ketahuan. Tapi, gua rasa cerita ini masih didalam batas-batas kewajaran dan kemanusiaan.

Agustus 2005, termasuk dalam bulan yang akan terus dikenang oleh setiap anak Elektro Undip angkatan 2002. Pada bulan itu, kami mengadakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Istilahnya doang kuliah. Padahal mah kaga ada niatan untuk belajar dalam kegiatan tersebut. Gua yakin kata ’tamasya’ lebih cocok untuk menggantikan kata KKL dan ini berlaku untuk mayoritas anak Elektro 2002, bukan gua doang! Coba deh, berapa kemeja yang dibawa masing-masing anak dalam kopernya? Paling 1 doang. Kecuali mungkin si Aryo. Sementara koper gua dipenuhi celana pendek dan kaos tangan buntung, anak (atau bapak) yang satu ini mah jangan lagi kemeja, mungkin dasi juga bawa selusin. Maklum deh, wakil rakyat. Hehe... Oke, lanjut lagi. Siapa aja yang bawa buku di dalam kopernya? Cuma ada tiga orang: Anggoro, Yunan dan Desyanto.

1. Si Anggoro
Kalo si Anggoro, semua anak Elektro juga paham. Ini anak emang super (ke)rajin(an). Gua rasa gak cuma buku,... Laporan praktikum aja dibawa plus stempel-stempelnya!
2. Si Yunan
Gak beda-beda jauh sama si Anggoro, si Yunan juga bawa buku. Tapi stensil! Print-print-an dari 17th.com & e-book kamasutra. Hehe...
3. Si Desyanto
Sebagai ulama, Desyanto pasti gak pernah ketinggalan sebuah buku. Lebih tepatnya kitab suci Al Qur’an. Gua aja, selama di hotel, kadang-kadang minjem sama dia. (Oh, my God. Please, forgive me...)

Apapun itu, KKL memang sangat berkesan. Banyak cerita terjadi disini. Mulai dari maen ceng-cengan di bis, karaokean dengan suara (dibawah) pas-pasan, ngintipin turis Jepang lagi ML, maen bola di pantai, diusir satpam, ngejarah makanan dirumah dosen (Pak Trias), ada yang hampir tenggelam di laut, ada yang bermain api asmara dengan tur guide, ada yang hendak ’dibayar’ untuk ’gituan’ di pantai (disangka gigolo),..... pokoknya banyak deh hal-hal seru lainnya. Salah satunya akan gua tuangkan dalam cerita ini.

----- @@@ -----

Pagi itu sinar mentari menyapa dari ufuk timur. Burung-burung berkicau, bernyanyi dengan riangnya, menemplok kesana-kemari. Pagi itu adalah pagi yang cerah, senyum di bibir merah, menikmati hangatnya sinar mentari lembut menyapa. Pokoknya jadi inget lagu alm.Chrisye deh...

Kicau burung bernyanyi
Tanda buana membuka hari
Dan embun pun memudar
Menyongsong fajar
Sejenak kuterlena
Akan kehidupan yang fana
Nikmat alam semesta
Nusa indah nirmala


Indahnya pagi itu sulit terlukiskan dengan kata-kata. Yang jelas, indahnya bisa menghapuskan mimpi-mimpi buruk gua gara-gara gua sekamar sama si Nico. Emang, waktu di bis sempet ada sedikit clash antara gua dan si Nico Sontoloyo itu. Keributan kecil gara-gara maen ceng-cengan. Biasalah para lanang... Tapi hal itu gak berlangsung lama kok. Kebetulan ada kejadian di pagi itu yang mengakibatkan damainya dua anak manusia.

Nico : ”Ho, lu gak mandi?” (membuka percakapan)
Maho : “Lo kalo mau duluan aja gih!” (jaga gengsi)
Nico : ”Gua mah gampang abis lo!”
Maho : “Lu aja deh, bau lo tuh gak nahan…”
Nico : ”Apa lo bilang! Kutu rambut lo tuh udah mesti dikeramasin!”
Maho : ”Enak aja! Jempol kaki lo tuh baunya udah kayak jempol mummi Fir’aun!”

Tiba-tiba, gak tahu dateng dari mana, nongol seseorang. Inisialnya ’J’. ”Bro, gua pinjem WC-nya yah... WC di kamar gua ada yang nempatin.” Belom sempet gua menjawab, si J langsung masuk dan menutup pintu toilet.

Gak berapa lama, si J keluar dari toilet dengan wajah mesam-mesem, terlihat seperti seorang jejeka yang habis nembak cewek trus diterima tapi malu-malu mengungkapkannya ke khalayak ramai. ”Kayaknya ada yang disembunyiin nih....” batin gua.

J : ”Makasih teman-temanku.”
Nico : ”Gapapa bro, sebagai teman kita memang harus saling bantu-membantu.”
Maho : ”Ntar jangan lupa bayar loh. Kencing seribu, berak dua ribu!”
J : “Hehe…” (langsung balik ke kamarnya)

Mungkin menghindari debat yang berkelanjutan, si Nico pun bergegas masuk ke toilet. Gua juga langsung mengambil remote dan menyalakan televisi. ”Gak ada gunanya juga debat sama si Nico Sontoloyo itu.” Tapi, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara.

Nico : ”Mahooooo.... Idiiiih... Kesindang dong bo!!! Jijay deh akika!”
Maho : ”Kenapa sih Nic. Tereak-tereak kayak gitu! Ganggu gua lagi nonton aja!”
Nico : ”Napose-napose!!! Ye lambreta deh. Ini neh si J. Gilingan deh Diana! Beranak dalam kubur tinta disiram!”
Maho : ”Oooo... Pantes aja dia senyam-senyum mencurigakan gitu.”
Nico : ”Akika kirain diana cuma mawar kencana anjas.”
Maho : ”.........” (langsung kabur keluar toilet)
Nico : ”Maho! Ye mawar kemindang?”
Maho : “Mawar jali-jali. Hehe.. Tinta deng! Maksud akika, kanua tunggu disindang biar akika cacamarica si J.”
Nico : ”Tinta, biar akika anjas yang nyacamarica kesandro. Lambada disindang, kepelong akika bisa sekong neh...”
Maho : ”Hhhhfff... Cucok deh.”

Akhirnya si Nico keluar mencari si J dengan maksud meminta pertanggung jawaban. Terpaksa deh gua yang nyium aroma terapi ini. Oya, percakapan tadi ngerti kan? Buat lo yang gak ngerti gua kasih salinannya dibawah ini.

Nico : ”Mahooooo.... Idiiiih... Kesini dong cuy!!! Jijik deh gua!”
Maho : ”Kenapa sih Nic. Tereak-tereak kayak gitu! Ganggu gua lagi nonton aja!”
Nico : ”Kenapa-kenapa!!! Lo lama deh. Ini nih si J. Gila dia! Berak kaga disiram!”
Maho : ”Oooo... Pantes aja dia senyam-senyum mencurigakan gitu.”
Nico : ”Gua kirain dia cuma mau kencing aja.”
Maho : ”.........” (langsung kabur keluar toilet)
Nico : ”Maho! Lo mau kemana?”
Maho : “ Mau jalan-jalan. Hehe.. Gak deng! Maksud gua, lo tunggu disini biar gua cari si J.”
Nico : ”Ngga, biar gua aja yang nyari kesana. Lama disini, kepala gua bisa sakit nih...”
Maho : ”Hhhhfff... Cocok deh.”

Daripada lama nungguin si Nico, gua ngambil inisiatif. ”Harus ada yang berkorban atau ada dikorbankan. Merdeka ataoe mati!!!” Begitulah semangat gua yang membara-bara.

”Gimana ini ya???” Gua terus berpikir. Yang jadi masalah, flusher WC-nya gak mampu mendorong bakpau ayam bumbu kacang itu. Berhubung di hotel kaga ada gayung apalagi ember, terpaksa deh gua bantu dorong menggunakan gelas. Cyuuuur......

Maho : ”Errrrggghhh! Susah banget sih nyirem lu!!!”
Tokai : ”Wweeeekk... Gak kena... Gak kena... ”
Maho : ”Sialan lo ngeledek gua! Lo kira gua takut??? Rasakan nih jurus gelas pengaduk kotoran!!!”
Yunan : ”Ada apaan sih Ho ribut-ribut??? Ada yang bisa gua bantu?”
Maho : ”Lah kok lo ada disini? Di scene ini seharusnya lo kan gak ada! Yg maen cuma gua, Nico sama si J. Tar deh di cerita-cerita selanjutnya lo jadi pemeran utamanya.”
Yunan : ”Oke deh kalo gitu. Daaaaghhhh....”

”Fyuuuhh...” Ternyata jurus pamungkas gua tetep aja gak mempan. Emang deh kayaknya si ’rudal’ cuma bisa nurut sama orang yang nembakin. Untungnya, gak lama setelah peperangan tersebut, si Nico dateng.

Maho : ”Gimana Nic, perihal kesiapan arek-arek Suroboyo?”
Nico : ”Mereka sudah siap Bung Tomo!”
Maho : “Kalau begitu marilah kita segera mengusir Belanda dari tanah air!!!”
Nico : ”Merdeka!!! Maksud lo apa sih Ho???” (Nico tersadar setelah sebelumnya ikut terbawa suasana)
Maho : ”Si Juned,... Eh, maksud gua si J kemana?”
Nico : ”Bentar lagi juga dateng.”
Maho : ”Hmmm...... Kayaknya momennya pas deh. Gua ada ide!”
Nico : ”Maksud loh???”
Maho : ”Pssssst... Psssttt... ...... ....” (berbisik kepada Nico)

Selang beberapa menit, si J pun datang. Dan masalah tersebut akhirnya terselesaikan. Gua gak tau gimana cara dia mengatasinya. Mungkin didorong pakai kaki kali.... Abis gua gak ngeliat sih. Coz gua orangnya gak tegaan. Suka terharu kalo ngeliat yang namanya perpisahan.

Singkat cerita, sejam kemudian kami sudah berada di bis. Disitulah gua dan Nico beraksi. Menyebarkan foto tokai si J yang diberi judul ’Misteri Tai Setan’. Hehe... Brilian gak ide gua? Sebelum si J dateng, tokai itu telah terlebih dahulu kami foto. Buat kenang-kenangan. Abis, jarang-jarang liat ’gituan’ segede itu. Mungkin akumulasi 3 hari kali yak?

Thanks buat J atas permasalahan yang dibuatnya pagi itu. Diambil sisi positifnya aja. Gara-gara ’tai setan’, kondisi di bis yang sebelumnya memanas, jadi membaik seperti sediakala. Bis kami kembali penuh dengan canda tawa. Burung-burung pun kembali berkicau, bernyanyi dengan riangnya, menemplok kesana-kemari. Sungguh suatu pagi yang cerah.

Hmmm,...... KKL emang penuh kenangan ya???

Malam Mencekam di Kereta Senja

Rabu, Januari 07, 2009

Ada dua makhluk yang paling gua benci di dunia ini. Kalo ngeliat dua makhluk ini, bulu kuduk gua bisa merinding sampai hampir beterbangan. Pokoknya gua jijik banget deh sama keduanya. Makhluk-makhluk ini tergabung dalam duet 2B, yang pertama adalah biang (anjing) dan yang kedua adalah banci.

Bicara soal anjing, gua emang udah sebel ama ini makhluk sedari dulu kala, bahkan sebelum gua tau kalo anjing termasuk dalam najis mughalladzah (najis besar). Lo bayangin aja, ketika baru memasuki usia 4 tahun, pantat gua udah merasakan kejamnya moncong anjing. Untung aja ketika itu tante gua sigap dan cekatan sehingga anjing itu gak berlama-lama main di sekitar selangkangan gua.

Setelah kejadian itu sampai sekarang gak terhitung berapa kali gua bermasalah sama makhluk yang punya nama latin Asusia Kirikensis. Hampir setiap sore sepulang dari pengajian, gua selalu balap lari sama anjing. Pernah juga siang hari sepulang dari sekolah, gua dikepung sama sekawanan anjing. Bahkan di rumah sodara, gua pernah dikejar sama anjing piaraannya. Untung aja itu anjing gak berani masuk kamar tidur majikannya.

Gua : ”Dasar anjing lo!!!”
Anjing : ”Guk... Guk... Guk... (Emang gua anjing,.. Lah lo jadi manusia pengecut amat ngumpet di tempat majikan gua!)”
Gua : ”Heh, gua bukannya takut... Gua jijay sama mulut lo, banyak bakterinya!!!”
Anjing : ”Groook... Groook...(Alesan aja. Pokoknya lo bakalan gua tunggu ampe keluar kamar)”
Gua : ”Silakan aja. Paling bentar lagi majikan lo dateng kemari. Lagipula lo anjing apa babi? Suaranya kok kayak gitu?
Anjing : ”Groook... Ehm... Ehm.. Guk... Guk... (Sori cuy, tenggorokan gua emang lagi rada kagak enak.)”

Karena anjing itu setia jagain di depan, yah terpaksa deh gua mendekam agak lama di kamar sodara gua, nunggu situasi aman terkendali dan sejak saat itu gua gak pernah lagi berkunjung ke tempat dia. Alasannya? Malaikat juga tahu....

Cukup deh ngomongin soal anjing. Nanti malah cerita utamanya gak tersampaikan. Tapi, walaupun ini cuma intermezzo, cerita tadi masih berhubungan dengan cerita utamanya. Bisa dibilang kisah utamanya mempunyai hubungan persahabatan dengan kisah gua dan si anjing tadi. ”Kenapa? ........ Pokoknya lu simak aja deh nanti juga paham.”

----- @@@ -----


Malam itu, hari memasuki bulan Oktober 2005. Kalo di Eropa mungkin waktu itu sudah masuk musim dingin. Tapi karena ini di Indonesia (khususnya di Semarang), tetep aja always summer. Hehe... Walaupun sama seperti Eropa yang mempunyai 4 musim, pembagian musim di Indonesia tidak merata. Indonesia memang selalu didominasi musim panas, mungkin sekitar tujuh bulan. Sisanya berturut-turut ditempati musim hujan, musim durian dan musim layangan.

Gua : ”Mbak, tiket Senja untuk malam ini masih ada?”
Penjaga loket : ”Masih ada kok mas, untuk berapa orang?”
Gua : ”Satu aja!”

Yes, akhirnya bisa pulang kampung! Setelah sekian lama merantau di negeri orang, akhirnya gua bisa meluangkan sedikit waktu gua untuk menjenguk Emak dan Bapak di rumah. ”Hhhhhhhh........... (menarik nafas panjang)”

”Waduh, bangku nomer 2D! Berarti deket WC nih... Gapapa deh.” Gua langsung mencari tempat duduk. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum keberangkatan kereta.
”Permisi kek, saya duduk dekat jendela ya?” tanya gua kepada seorang kakek tua.
”Oya cu, silakan...” jawab kakek itu. Gua langsung duduk dan membuka koran Bola yang baru gua beli.

Kriieek.... ”Suara apaan tuh?” Gua melirik kearah jendela. ”Ooo, besi di jendelanya udah agak karatan.” Hehe... Pikiran gua emang rada macem-macem. Maklum, maniak dunia mistik dan alam gaib. Apalagi ditambah pada tahun itu hal-hal yang begituan memang lagi booming.

Sebagai seorang mistikers, gua memang biasa disuguhi atau menyaksikan fenomena-fenomena alam gaib. Dari mulai mendengar suara orang mandi di kamar mandi yang kosong, mencium seperti bau jenazah padahal gak ada apa-apa, ngeliat kain sutra terbang bolak-balik diatas kepala gua sampe-sampe ngeliat anjing berubah jadi ular. Terlebih lagi gua memang jelmaan manusia kalong. Hehe... Jangan kaget dulu, maksud gua yaitu biasa menjadikan malam sebagai siang dan sebaliknya. Pokoknya tidur always pagi.

Capek juga mata gua baca koran. Apalagi lampu kereta agak redup gitu. Yang satu nyala, yang lain mati. Gak beraturan deh. Akhirnya gua menutup koran Bola tersebut. ”Loh kakek-kakek sebelah gua mana?” Mata gua melirik ke sebelah kiri. Kakek tersebut telah berganti wujud menjadi seorang pria usia kira-kira 35-an, tinggi besar, agak gemuk, berkulit kehitaman dan berjerawat sangat banyak.

Gua memberanikan diri untuk bertanya. ”Bapak melihat kakek-kakek yang tadi duduk di sebelah saya?” Dia kemudian menoleh kearah saya. Menebarkan senyumannya lalu menjawab dengan suara yang aneh ”Baru aja pindah tempat duduk. Oya jangan panggil aku Bapak, panggil saja aku xxxxx.” (Nama bukan disamarkan, tetapi emang gua yg lupa. Hehe...)

Gua : ”Fyuh,... Syukurlah... Saya Aditya.”
Xxxxx : ”Loh ada apa? Kok keliatan kaget?”
Gua : ”Nggak,.. Nggak ada apa-apa.”
Xxxxx : ”Ceritanya begini, sebenarnya aku memang duduk disini. Tapi tadi tukeran bangku sama kakek itu. Aku lebih suka duduk di belakang. Eh, ternyata bangkunya jelek. Ya udah kutuker lagi.”
Gua : ”Oooo, begitu.”
Xxxxx : ”Aditya, mau ke Jakarta?”
Gua : ”Ya, orangtua tinggal disana.”
Xxxxx : ”Oh jadi Aditya tinggal disini? Kerja atau kuliah?”
Gua : ”Saya kuliah di Teknik Elektro Undip.”
Xxxxx : ”Kamu pasti heran melihat aku?” (Tiba-tiba mengalihkan pembicaraan)
Gua : ”Heran kenapa?”
Xxxxx : ”Ah pura-pura nggak tau. Memang, aku kalau diluar apalagi di tempat umum kayak gini selalu berpenampilan layaknya lelaki. Tetapi kalau keseharian aku agak feminim. Malah aku terbiasa memakai pakaian terusan atau gaun.”
Gua : ”Eh, gapapa kok. Saya maklum.” (Sebenarnya gak terlalu kaget. Pantesan aja firasat gua kok ada yang aneh begitu dengerin suaranya.)
Xxxxx : ”Ayah aku seorang tentara. Ia mengusir aku dari rumah begitu tahu kondisiku.”
Gua : ”.........” (Speechless. Bukan karena iba, tapi karena mau muntah)
Xxxxx : ”Oya aku ada permen nih.” (Ia kemudian mengambil sebungkus permen Hex** dari dalam tasnya, merobeknya dan memberikan sebuah kepada gua.)
Gua : ”Eh, gak usah Pak... eh, Xxxx.... Saya udah ada....” (Gua mulai teringat nasehat ibu gua untuk menolak pemberian dari orang asing.)
Xxxxx : ”Tuh kan kamu gitu deh. Nanti aku marah loh!”

Ekspresi ngambeknya kaga nahanin cuy. Gimana ya jelasinnya? Sumpah, eneg banget ngeliatnya. Mana tampangnya serem lagi. Coba aja yg begini Oscar Lawalata... Eh, maksud gua Dian Sastro, pasti perut gua gak bakal mual kayak gini. Dengan terpaksa gua mengambil permen itu dan memasukkan kedalam mulut. Walopun begitu, cairannya gak bakal gua telen. Setelah itu, gua izin ke toilet lalu memuntahkan permen tersebut (beserta nasi gudeg rempela yang sebelumnya gua makan) dan kembali dengan mulut berpura-pura masih mengemut-emut permen. Begini-gini, gua masih punya darah Jawa yang menjunjung tinggi keramahtamahan dan prinsip menghormati dan menghargai perasaan orang lain. So, kalo gak terdesak gua gak bakal menyakiti perasaan orang lain didepan umum.

Xxxxx : ”Ngomong-ngomong tampang kamu oke juga. Kebetulan aku kerja di sebuah PH (production house-red). Mau gak aku orbitin jadi model?” (Mulai membuka percakapan baru.)
Gua : ”Wah maaf Xxxx. Saya tidak tertarik di bidang itu. Saya lebih tertarik ke olahraga.”
Xxxxx : ”Masak iya atlet betisnya kecil???” (Tiba-tiba ia melihat kearah betis dan bagai kilat tangannya dengan cepat merambat hingga ke betis gua dan mulai mengelus-elusnya.)
Gua : ”Waduh, lo kata gua tukang becak betisnya gede!” (Gua menepis tangannya dari betis gua)

Kemudian dia melanjutkan pembicaraan makin kearah hal-hal yang tabu. Mulai dari kebiasaan dia dugem, tempat mangkalnya, pacar simpanannya (yg cowok juga), kelihaiannya bermain ’blowjob’ yg bisa membuat seorang laki-laki melupakan ceweknya (kena gigi, uang kembali), bandar VCD bokep, sampai-sampai salon ’plus-plus’ miliknya. Pokoknya omongannya makin membuat gua muak deh. Jijik, gak bakal gua ceritain disini. Hueeekkkk!!!!!

Xxxxx : ”Oya, perut kamu buncit tuh. Aku punya produk pengecil perut di salon aku.” (sambil menunjuk kearah perut gua yang pada saat itu memang belum sixpack kayak sekarang ini)
Gua : ”Ah, gak terlalu kok. Paling kalo saya aerobik lemaknya hilang lagi.”
Xxxxx : ”Masak sih coba deh aku liat.” (Banci itu berniat membuka kaos gua)
Gua : ”Kagak... Kagak bisa.” (Agak sedikit menegaskan)
Xxxxx : ”Kok pake malu sih. Kita kan sama-sama cowok...”
Gua : ”Sorry nih. Saya anak Rohis. Yang begituan tabu buat saya.”

Gua lupa kalo rambut gua waktu itu ’mohawk’. Ya mana percayalah dia gua boongin... Pada saat itu gua berharap di tas gua ada peci yang bisa gua pakai (biar terkesan anak baik-baik) atau pisau yang tajem (biar gua bunuh aja sekalian). Sayangnya dua benda itu nggak ada. “Bakal gak tidur nih malem ini.” Batin gua. “Wah kaga bisa begitu, gua mesti kabur dari sini.”

Gua : ”Wah, kaki saya pegel nih. Mau jalan-jalan ah... ” (Gua mulai mencari-cari alasan)
Xxxxx : ”Oh kalo pegel, mending di selonjorin di paha aku aja. Gapapa kok, kita kan temen”
Gua : ”............” (*Glek! Mati gua....*)

Seketika itu juga bulu kuduk gua merinding. Idealisme Jawa gua mulai luntur. ”Bodo amat deh. Persetan sama ramah tamah. Orang ini udah gak bisa dibiarin. Liatin aja kalo dia ampe megang-megang tubuh gua, gua abisin ini orang! Tapi sebelum mukulin ini orang, lebih baik gua cari ide yang paling aman. Daripada malu...” Gua liat ke belakang. ”Waduh, penuh banget. Gak bisa pindah bangku nih...”
Ternyata keberuntungan gua memang belum habis. Gak beberapa lama banci itu tidur. Kesempatan emas buat gua. Jangan disia-siakan!

Gua mengendap-endap pelan-pelan kemudian mengambil tas dan langsung cabut menuju restorasi. Gua gak bisa bayangin kalo banci itu ampe bangun trus ngeliat gua pasti dia bakal tereak ”Mas Adit, mau kemana? Tunggu aku mas! Aku mau ikut... Jangan tinggalin aku sendirian. Aku atut... atut... Tapi tunggu bentar ya mas, aku mau pake beha dulu.” Hiiiiiy.... Geli gua.

Restorasi ternyata agak jauh dari gerbong gua. Bagus tuh, berarti dia gak bisa mengendus keberadaan gua. Begitu sampe, gua langsung duduk dan memesan kopi susu panas (biar bisa agak lamaan). Dan akhirnya... Sampailah di Stasiun Jatinegara. Gak sadar gua udah ngabisin 2 gelas kopi susu, 1 piring mie goreng, 1 piring nasi rames. Biarin deh disangka penumpang gelap sama orang-orang. Sing penting selamet! Kesucian gua tetap terjaga. Hehe....

Beberapa bulan setelah kejadian itu, di tempat yang sama, Stasiun Tawang, gua ngeliat orang itu lagi. Gua ngumpet trus ngawasin orang itu masuk kereta. Untung gak satu gerbong sama gua. Tapi tetep aja kejadian itu menyisakan trauma buat gua. Gua masuk kereta, liat kondisi aman, baru duduk. Kebetulan juga, sebelah gua ibu-ibu. ”Fyuh,... Jangan sampe deh ada yang minta tukeran bangku.”
Maka dari itu, buat cowok-cowok yang mau naik kereta dari Semarang ke Jakarta kudu ati-ati. Jangan sampe lo yang jadi korban. Hehe...